Sepeda besi di bawah pohon jambu, bisakah tetap disitu? Berawal pada siang hari panas seksi, ku lihat sesosok lelaki mirip kawan SMA ku mendorong Jupiter menyusuri lorong gang. Oh Dewata, paginya aku langsung menyerupai wartawan tanya ini-itu kepada kawanku, siapakah lelaki itu? Oh rupa-rupanya kakak kandung si empunya Jupiter biru. Lalu kami saling ngobrol mrono-mrene tentang kejadian itu, masyaallah ternyata ada makhluk keren ngontrak di depan rumah yang ternyata berteman dengan si kakak temanku. Masih ingat, 15 Agustus beberapa tahun lalu, makhluk itu mengirim permintaan pertemanan lewat akun facebook. Saat itu rasanya masih biasa, masih belum terasa. Seenaknya ngobrolin tetangga, lintah dekat keran air, emping kuning-kuning kunang-kunang, sampai juga ngomongin guru Sosiologi, ah! padahal dia enggak kenal guru sosiologi ku! Curi-curi aku mecuri pandang tiap lewat depan kontrakan, sering juga melihat dia menuntun sepeda motornya dengan celana pendek sedengkul. Sampai akhirnya dia pamitan mau pindah kontrakan, katanya. Waktu itu sesudah maghrib, dia dan kawan-kawannya pamitan ke orangtua ku, maunya sih ikutan menyambut, tapi nggak berani. Terus dia pergi, jauh, nggak ada kabar. Semakin lama, akunya semakin suka, entah, padahal dengar suaranya nggak pernah, kenapa bisa jatuh cinta? Hey, sekarang aku sudah semester 4 di perkuliahan, sudah besar, bukan anak kecil lagi :) sampai sekarang belum bisa lupa, kan nggak mungkin bisa lupa. Untuk apa memilih seseorang yang kita inginkan jika akhirnya untuk dilupakan, kan? Memaksa melupakan, atau mungkin menguburnya, jangan terlalu dalam, biar suatu saat bisa ku ambil kenangan itu, lalu senyum-senyum sendiri dan akhirnya menangis. Oh semesta, memaksa menyukai orang lain juga susah ternyata. Dipaksa bagaimana pun tetap susah, kalau ternyata cuma dia yang aku suka. Memaksa diri menjadi seseorang yang multi-stalking, mulai dari facebook, twitter, blog, tumblr, searching di google sesuatu yang semuanya berhubungan dengan dia. Hey makhluk Pacitan yang bernamakan makhluk bule, aku merindukanmu, kerasa nggak? Iya, dia selalu bilang "See you when I see you", aku selalu mengamini juga. Aku tahu, dia sekarang tinggal di daerah dekat masjid Baiturrahman, diam-diam aku selalu melewati depan kosannya, siapa tahu diaya nongol dengan sepeda motornya. Oh malam, hujanmu memberikan aroma petrichor dan kerinduan. Aku mendengar nyanyian di dalamnya, karena nyanyian hujan hanya bisa didengar oleh mereka yang merindu.. Maafkan aku, semesta..
With love, your Lilian..