Hujan di tegah malam pertengahan bulan Februari. Mungkin akan terasa nikmat jika bertemankan segelas kopi hangat dan musik-musik yang memekak kan telinga. Suara sumbang muncul melalui speaker komputer lipat warna biru. Nada-nada gundah menggrenyut serta merta mematahkan perasaan. Harusnya malam ini tugas-tugas perkuliahan segera dikerjakan, tapi entahlah, malas. Hujan di luar terasa nikmat dipadukan dengan suara penyanyi yang sumbang ini. Lirik lagunya pun membuat tubuh serasa ingin melamun saja. Kenangan akan masa lalu memang sudah mulai memudar, terlarut dalam bualan masa depan. Tak perlu di ingat, tak perlu dilupakan. Asal jangan menjadi gila dan hilang sadar.
Malam hujan, ada perasaan yang tetap mengganjal. Berjanji untuk tidak keluar dari "border" yang telah dibuat. Can I? Nyatanya kisah masa lalu tidak akan pernah bisa sepenuhnya dilupa. Masa lalu? Nyatanya itu hanyalah kisah satu tahun yang lalu, bukan kisah yang bertahun-tahun lalu dijalani.
Wanita memang ditakdirkan untuk mengingat segala kesakitan. Bukan kah wajar jika aku masih sering mengingat hal itu? Bahkan menurutku tidak ada seorang wanita pun yang ingin selalu mengingat kisah pesakitan tersebut. Tapi aku yang seorang wanita ini bisa apa?
Sekedar mengucapkan "apa kabar?" pun harus menunggu beberapa bulan agar tetap bertahan dalam "border". Aneh, garis ini mampu membuatku bertahan untuk tidak mengirim pesan kepada sang "merk kibor". Menuggu beberapa bulan, mulai lupa, namun ingat kembali dan hampir saja menerobos batas teritorial. Goblok!
Suara sumbang ini tetap saja nggambleh di speaker komputer lipat. Menyebabkan suasana semakin "entah". Yep! Terimakasih lagu, beberapa menit terdengar, namun mampu mengeruhkan perasaan. Terimakasih kepadamu, yang pernah menjadi bagian dari perasaan.
0 komentar:
Posting Komentar