Hidupku yang dulu tertawa, sekarang menjadi diam.. Bisu seketika oleh sebab yang aku sendiri tak tahu. Rasaya hampa. Kalau hidupmu selalu penuh dengan pertanyaan "hai.. apa kabar?", tidak denganku. Begitulah hidup, menjadi apatis saat kau menjadi mahasiswa. Buktinya tak ada satupun yang bertanya tentang bagaimana kabarku. Bukan hanya itu, semua menjadi acuh dan menjauh hanya untuk sekedar menyapa atau membalas pesan singkat. Hari-hariku mulai membosankan, dimulai dengan bangun dari tidur, mandi, kuliah, makan, kuliah lagi, pulang ke rumah, lalu menonton teve, kemudian tidur lagi. Dan begitulah seterusnya sampai aku benar-benar bosan. Aku punya teman?
Ya, memang. Tapi dimana mereka? temanku yang menolak mengantarku ke toko buku untuk bertemu seorang penulis, yang mengaku bahwa kakinya sedang sakit, sehari setelahnya mengajakku ke acara ulangtahun temannya, teman barunya di kampus, yang belum begitu dia kenal, yang sama sekali tidak aku kenal. Sontak aku emosi, aku menolak ajakannya. Bukan dendam, hanya ingin menegaskan bahwa aku bukan babunya yang bisa dia suruh kapan saja. Lalu, kemana teman-temanku yang lainnya? Yang sok mengajak bertemu lewat akun twitter, mereka juga hilang. Ya, hidupku mulai sepi. Aku mulai membenci mereka. Bagaimana dengan teman baru ku di universitas? Aku tidak merasa dekat dengan mereka, hanya beberapa yang dekat, hanya si Nur si Arum dan si Dila. Itupun hanya dekat saat di kampus. Semua kekesalanku hanya bisa aku limpahkan lewat coretan dan tulisan. Kenapa tidak cerita ke orangtua? Menurut mereka, ceritaku tidak penting, terkadang hanya kata "bodoh" yang mereka ucap kepadaku saat aku bercerita. Lalu harus kepada siapa aku melimpahkan semua keluh kesah ku? Pacar? ha ha ha that's bullshit! Semua yang ada hanyalah omong kosong. Jiwaku mulai menandakan keapatisan terhadap lingkunganku. Aku sendiri bingung harus berbuat apa. Senyum yang aku tampakkan hanyalah senyum palsu. Aku mulai sulit tidur, mungkin ini tanda-tanda gejala stress. Yep, saking monotonnya aku sampai bingung bagaimana menjalani hidup :)
Ya, memang. Tapi dimana mereka? temanku yang menolak mengantarku ke toko buku untuk bertemu seorang penulis, yang mengaku bahwa kakinya sedang sakit, sehari setelahnya mengajakku ke acara ulangtahun temannya, teman barunya di kampus, yang belum begitu dia kenal, yang sama sekali tidak aku kenal. Sontak aku emosi, aku menolak ajakannya. Bukan dendam, hanya ingin menegaskan bahwa aku bukan babunya yang bisa dia suruh kapan saja. Lalu, kemana teman-temanku yang lainnya? Yang sok mengajak bertemu lewat akun twitter, mereka juga hilang. Ya, hidupku mulai sepi. Aku mulai membenci mereka. Bagaimana dengan teman baru ku di universitas? Aku tidak merasa dekat dengan mereka, hanya beberapa yang dekat, hanya si Nur si Arum dan si Dila. Itupun hanya dekat saat di kampus. Semua kekesalanku hanya bisa aku limpahkan lewat coretan dan tulisan. Kenapa tidak cerita ke orangtua? Menurut mereka, ceritaku tidak penting, terkadang hanya kata "bodoh" yang mereka ucap kepadaku saat aku bercerita. Lalu harus kepada siapa aku melimpahkan semua keluh kesah ku? Pacar? ha ha ha that's bullshit! Semua yang ada hanyalah omong kosong. Jiwaku mulai menandakan keapatisan terhadap lingkunganku. Aku sendiri bingung harus berbuat apa. Senyum yang aku tampakkan hanyalah senyum palsu. Aku mulai sulit tidur, mungkin ini tanda-tanda gejala stress. Yep, saking monotonnya aku sampai bingung bagaimana menjalani hidup :)
0 komentar:
Posting Komentar